Budaya Positif - Aksi Nyata Modul 1.4

Sebuah pertanyaan yang seringkali muncul dihadapan kita terkait dengan karakter siswa adalah bagaimana membangun karakter siswa? Pertanyaan ini memang sangat lazim dilontarkan belakangan ini mengingat sekarang ini seiring dengan perkembangan teknologi banyak anak yang mengalami krisis karakter karena anak-anak tersebut mengikuti budaya luar tanpa memahami apa yang ada dari budaya tersebut. Untuk membangun kembali karakter, maka kita harus membangun terlebih dahulu budaya positif. Lingkungan sekolah adalah salah satu lingkungan yang memiliki waktu cukup panjang bagi anak-anak dalam bersosialisai, sehingga sekolah bisa menjadi tolak ukur dalam membangun karakter dengan membangun budaya positif.

Untuk membangun budaya positif di sekolah, tidak serta merta dapat dilakukan secara sekaligus, harus ada pemahaman yang seragam terlebih dahulu dari semua unsur yang terlibat di sekolah. Dalam membangun pemahaman yang seragam tersebut, perlu dilakukan sosialisasi dan diseminasi budaya positif di lingkungan sekolah kepada guru.

Kegiatan diseminasi budaya positif kepada rekan-rekan guru diadakan secara luring, dihadiri oleh kurang lebih 45 orang guru dari 72 guru yang ada di sekolah . Kegiatan ini mendapat respon sangat positif dari guru-guru dan terutama dari kepala sekolah. Bahkan kepala sekolah meminta waktu khusus untuk mendiskusikan tentang budaya positif dengan seluruh staf pimpinan agar dapat diimplementasikan. Refleksi dari guru-guru setelah mendapatkan diseminasi tentang budaya positif terutama tentang restitusi dan posisi kontrol, mereka menyadari bahwa selama ini, mereka telah melukai anak dengan selalu menyalahkan mereka, padahal jika ditelaah lebih jauh, siswa melakukan sesuatu kesalahan pasti ada sebabnya dan ada tujuannya. dan guru berkeyakinan dengan restitusi, siswa akan dapat menemukan motivasi intrinsik yang dapat membawa mereka ke arah yang lebih baik dalam pengembangan potensi dirinya.

Selain melakukan diseminasi budaya positif, hal lain yang dilakukan adalah membuat kesepakatan kelas dengan siswa yang saya ajar. Kesepakatan kelas ini sudah saya biasakan dibuat setiap awal masuk tahun ajaran sejak pertama kali mengajar di SMA Bina Muda Cicalengka. Kesepakatan kelas yang saya buat dengan siswa, awalnya tidak terpikirkan bahwa kebiasaan ini adalah sebuah budaya positif yang dapat membangun karakter siswa. Namun setelah mempelajari materi pada modul 1.4 ini, saya semakin yakin bahwa dengan membuat kesepakatan kelas, siswa akan merasa bahwa keberadaan mereka di kelas telah dianggap oleh guru.

selain itu, saya juga mulai mencoba menggunakan posisi kontrol sebagai manajer pada saat menemukan siswa yang bermasalah. Biasanya, saya bertindak pada posisi penghukum atau pembuat rasa bersalah, dan paling jauh mengambil posisi kontrol sebagai teman. Namun setelah mempelajari akibat dari posisi kontrol tersebut, saya berkeyakinan bahwa posisi kontrol sebagai manajer harus mampu saya emban agar siswa mampu bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri atas apa yang telah dilakukannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MEMBANGUN BUDAYA POSITIF DI SEKOLAH

JURNAL REFLEKSI MODUL 1.2