JURNAL REFLEKSI MODUL 1.1.

 Pemikiran pendidikan KHD yang dipelajari pada modul 1.1. cukup membuka kembali wawasan saya sebagai guru. Selama ini pikiran saya masih tertaut dengan filosofi Tabula Rasa John Locke, bahwa siswa adalah kertas kosong. Pemikiran tersebut terus bertahan sampai saya mulai meragukannya ketika Howard Gardner mengemukakan tentang kecerdasan majemuk. Gardner menyatakan bahwa kecerdasan majemuk anak dimiliki sejak kecil, sehingga saya mulai meragukan konsep Tabula Rasa. Dan ketika mempelajari pemikiran pendidikan KHD, akhirnya keraguan saya menjadi semakin yakin, bahwa konsep tabula rasa jangan digunakan lagi dalam pendidikan, karena harus diyakini bahwa setiap anak memiliki keunggulan masing-masing dan belum tentu sama antara anak yang satu dengan anak yang lain. Hal lain yang saya dapatkan ketika mempelajari pemikiran pendidikan KHD adalah seyogyanya tugas guru adalah menuntun, bukan menuntut. Dengan menuntun, maka kita sebagai pendidik berfungsi mengarahkan agar kodrat/bakat anak dapat tersalurkan secara tepat, dan ketika menuntun, maka yang muncul adalah rasa puas dan ikhlas, serta percaya bahwa anak didik kita akan mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan

Saat mempelajari modul ini, saya sangat kagum terhadap pemikiran KHD. karena pemikiran tersebut sudah jauh ke masa yang akan datang, dengan mempertimbangkan perubahan jaman.

Beberapa hal positif yang saya tangkap dari pemikiran KHD dan mengubah cara pandang diri terhadap pendidikan diantaranya adalah menuntun kodrat yang ada pada diri setiap anak, menghamba/berpusat pada anak, merdeka, guru adalah petani, bukan tabula rasa, budi pekerti, serta belajar adalah bermain.

Dalam mempelajari materi ini kendala yang muncul adalah muncul pertanyaan dari dalam diri, apakah saya mampu dan pantas untuk menjadi seorang guru yang ideal seperti yang diharapkan dalam pemikiran pendidikan KHD? Apalagi ketika dalam pembelajaran masih sering menggunakan konsep tabula rasa. Namun demikian, saya percaya, bahwa dengan pembiasaan, segala rintangan dan hambatan dapat dilewati.

Setelah mempelajari materi pemikiran Pendidikan KHD ini, ada banyak hal yang menjadi pemikiran untuk diimplementasikan dalam pembelajaran di kelas. Pemikiran tersebut terkait dengan bagaimana implementasi hal-hal positif dalam pembelajaran di kelas. Untuk memberikan tuntunan, guru harus bisa memposisikan sebagai teladan bagi siswa, namun disamping itu, harus bisa menjadi teman. Selain itu, dalam membangun kedekatan dengan anak, dalam pembelajaran adakalanya perlu disisipkan permainan agar dunia bermain anak tidak hilang. Sehingga anak merasa merdeka ketika pembelajaran terjadi.

Poin penting dari pembelajaran kali ini adalah anak bukanlah kertas kosong yang dapat diisi sesuai keinginan guru (tabula rasa) tetapi anak memiliki kodrat (bakat) masing-masing yang dapat dikembangkan, guru harus dapat menuntun kodrat anak tersebut untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. selain itu dalam pembelajaran, kita harus dapat memposisikan anak bahwa mereka merasa perlu untuk belajar, tanpa dipaksa. Artinya guru harus mampu memberikan pembelajaran yang berpusat pada anak, sehingga anak memiliki keinginan untuk mengekspresikan dirinya tanpa terkekang, namun harus diingatkan juga bahwa kemerdekaan satu anak dibatasi dengan kemerdekaan anak yang lain.

Ing ngarso sung tulodo (di belakang memberikan dorongan)

Ing madya mangun karso (di tengah memberikan semangat)

Tut wuri handayani (di depan memberikan contoh/teladan)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MEMBANGUN BUDAYA POSITIF DI SEKOLAH

JURNAL REFLEKSI MODUL 1.2

Budaya Positif - Aksi Nyata Modul 1.4