Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2022

JURNAL REFLEKSI MODUL 1.2

  Pada pembelajaran tentang nilai dan peran guru penggerak, saya mendapatkan pencerahan kembali terkait dengan apa itu nilai peran guru penggerak.  Nilai yang harus dimiliki oleh guru penggerak adalah berpihak pada murid, mandiri, inovatif, kolaboratif dan reflektif. Materi ini cukup memberikan "sentilan" pada saya bahwa selama ini, sebagai seorang guru, saya belum mampu memberikan pendidikan yang berpusat pada murid, serta hampir tidak pernah melakukan refleksi terhadap apa yang telah dilakukan. Kondisi tersebut mengakibatkan pengembangan proses pembelajaran yang saya lakukan menjadi monoton.  Selain memahami nilai guru penggerak, disini juga mempelajari tentang peran guru penggerak. Peran yang harus dijalankan oleh guru penggerak adalah 1) menjadi pemimpin pembelajaran, 2) menggerakan komunitas praktisi, 3) menjadi coach bagi guru lain, 4) mendorong kolaborasi antar guru, dan 5) mewujudkan kepemimpinan murid. Selama mempelajari peran guru penggerak, saya berpikir bagaimana

SEBUAH CATATAN DARI MODUL 1.2 PGP

 Ketika mempelajari modul 1.1 dan 1.2, momen terpenting yang saya dapat adalah ketika mengetahui bahwa pemikiran KHD tentang pendidikan ternyata sangat mendalam dan bahkan sangat futuristik. Bahasa sederhana namun futuristik adalah berkaitan dengan bahwa pendidikan harus memperhatikan kodrat alam dan kodrat jaman. Selain itu, pemikiran yang mengatakan bahwa pendidikan harus berpusat pada anak juga cukup membuat saya tercerahkan, bahwa dengan pembelajaran yang berpusat pada anak, maka anak sudah bisa dipastikan bukanlah kertas kosong yang dapat diisi sesuai keinginan guru (bukan tabula rasa), padahal konsep tabula rasa sebelumnya merupakan konsep yang selalu saya pegang dalam mendidik siswa. Kaitan antara modul 1.1 dan 1.2 yang saya fahami adalah bahwa untuk mencapai cita-cita luhur pendidikan seperti yang disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara, maka nilai dan peran guru penggerak harus menjadi dasar bagi setiap guru ketika mendidik anak. Sebagai seorang guru yang memandang bahwa siswa buk

AKSI NYATA - PENERAPAN MODUL 1

Gambar
Perubahan adalah sebuah keniscayaan... Dalam hidup, mau tidak mau, suka tidak suka, sebuah perubahan pasti akan terjadi. Dengan mengikuti kegiatan PGP angkatan 5 ini, sejujurnya telah banyak membuat perubahan pada pola pikir saya sebagai guru. Perubahan yang terjadi tentu saja adalah perubahan yang postitif. Adanya perubahan ini sedikit banyak membuat saya senang, karena bisa membuat alternatif lain dalam sebuah pembelajaran. Pembelajaran yang lebih berpusat pada anak, pembelajaran yang menuntun, dan pembelajaran yang menyenangkan buat anak-anak. Ide atau gagasan yang muncul setelah mempelajari modul 1.1 ini diantaranya adalah, membuat pembelajaran yang terpusat pada anak. Dalam pembelajaran tersebut, guru, di awal pembelajaran melakukan komunikasi 2 arah, apa yang diinginkan oleh siswa dalam pembelajaran hari ini dan apa yang menjadi target minimal dalam pembelajaran tersebut. Dengan adanya komunikasi di awal pembelajaran, maka siswa dan guru secara tidak langsung telah melakukan kont

JURNAL REFLEKSI MODUL 1.1.

 Pemikiran pendidikan KHD yang dipelajari pada modul 1.1. cukup membuka kembali wawasan saya sebagai guru. Selama ini pikiran saya masih tertaut dengan filosofi Tabula Rasa John Locke, bahwa siswa adalah kertas kosong. Pemikiran tersebut terus bertahan sampai saya mulai meragukannya ketika Howard Gardner mengemukakan tentang kecerdasan majemuk. Gardner menyatakan bahwa kecerdasan majemuk anak dimiliki sejak kecil, sehingga saya mulai meragukan konsep Tabula Rasa. Dan ketika mempelajari pemikiran pendidikan KHD, akhirnya keraguan saya menjadi semakin yakin, bahwa konsep tabula rasa jangan digunakan lagi dalam pendidikan, karena harus diyakini bahwa setiap anak memiliki keunggulan masing-masing dan belum tentu sama antara anak yang satu dengan anak yang lain.  Hal lain yang saya dapatkan ketika mempelajari pemikiran pendidikan KHD adalah seyogyanya tugas guru adalah menuntun, bukan menuntut. Dengan menuntun, maka kita sebagai pendidik berfungsi mengarahkan agar kodrat/bakat anak dapat te

Reflleksi atas Pemikiran Pendidikan Ki Hajar Dewantara

K onsep tabula rasa yang digaungkan oleh John Locke, adalah konsep yang saya pahami dan saya lakukan ketika pertama kali mengajar. Namun lambat laun, dengan semakin banyak informasi yang saya peroleh, muncul pertanyaan dalam diri, apakah benar konsep tabula rasa ini bisa diterapkan kepada anak didik kita?  Munculnya teori kecerdasan majemuk yang pertama kali dilontarkan oleh Howard Gardner, semakin memperkuat keyakinan penulis bahwa anak didik bukanlah sebuah kertas kosong, namun mereka sebenarnya sudah memiliki kemampuan dasar yang perlu kita kembangkan.  Terkait dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara, awalnya yang dipahami adalah bahwa seorang guru adalah seorang pamong dengan 3 (tiga) asas yang dipegang, yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing madya mangun karso , dan Tut wuri Handayani. Guru harus bisa menjadi pendorong, pemberi semangat dan juga sebagai panutan bagi anak didiknya. Asas tri-con ini yang selalu penulis pegang dan jadikan acuan ketika mendidik siswa di kelas maupun di sekolah